Penjelasan Lengkap Mengenai Sangiran
Sangiran adalah situs arkeologi di Jawa, Indonesia.
Menurut laporan UNESCO (1995) "Sangiran diakui oleh para
ilmuwan untuk menjadi salah satu situs yang paling penting di dunia untuk
mempelajari fosil manusia
disejajarkan bersama situs Zhoukoudian(Cina), Willandra Lakes (Australia), Olduvai Gorge (Tanzania),
dan Sterkfontein (Afrika Selatan), dan lebih baik dalam penemuan daripada yang lain."
Daerah terdiri dari sekitar 56 km² (7km
x 8 km).
Lokasi ini terletak di Jawa Tengah,
sekitar 15 kilometer sebelah utara Surakarta di lembah Sungai Bengawan Solo.
Secara
administratif, kawasan Sangiran terbagi antara 2 kabupaten: Kabupaten Sragen (Kecamatan Gemolong, Kecamatan Kalijambe, dan Plupuh) dan Kabupaten Karanganyar (Kecamatan Gondangrejo).
Fitur penting dari
situs ini adalah geologi daerah.
Awalnya kubah terbentuk jutaan tahun yang lalu
melalui kenaikan tektonik.
Kubah itu kemudian terkikis yang mengekspos isi
dalam kubah yang kaya akan catatan arkeologi.
Situs sangiran pertama kali ditemukan
oleh
P.E.C schemulling.
Ketika aktif melakukan eksplorasi pada akhir abad
ke-19
Eugene Dubois pernah melakukan penelitian di sini
namun tidak terlalu intensif karena kemudian ia memusatkan
aktivitas di kawasan Trinil, Ngawi.
Ahli antropologi Gustav Heinrich Ralph von
Koenigswald memulai penelitian di area
tersebut, setelah
mencermati laporan-laporan berbagai penemuan balung
buta ("tulang
buta/raksasa") oleh warga dan diperdagangkan.
Saat itu perdagangan fosil
mulai ramai akibat penemuan
tengkorak dan tulang paha
Pithecanthropuserectus ("Manusia Jawa")
Eugene Dubois di Trinil, Ngawi, tahun 1891.
Trinil sendiri
juga terletak di lembah Bengawan Solo,
kira-kira 40 km timur Sangiran.
Dengan
dibantu tokoh setempat,
setiap hari von Koenigswald meminta penduduk untuk
mencari balung buta, yang kemudian ia bayar.
Pada tahun-tahun berikutnya, hasil penggalian
menemukan
berbagai fosil Homo erectus lainnya.
Ada sekitar 60 lebih
fosil H. erectus atau hominid lainnya
dengan variasi yang
besar,
termasuk seri Meganthropus palaeojavanicus, telah
ditemukan di situs
tersebut dan kawasan sekitarnya.
Selain manusia purba,
ditemukan pula berbagai
fosil tulang-belulang hewan-hewan
bertulang belakang (Vertebrata),
seperti buaya (kelompokgavial dan Crocodilus),
Hippopotam
us (kuda nil), berbagai rusa, harimau purba,
dan gajah purba (stegodon dan gajah moderen).
Seiring waktu,
setelah pekerjaan awal
oleh Dubois dan von Koenigswald di Sangiran,
sarjana lain termasuk arkeolog
Indonesia melakukan pekerjaan di lokasi tersebut.
Sarjana Indonesia termasuk Teuku Jacob, Etty Indriati,
Sartono, Fachroel Aziz, Harry Widianto, Yahdi Zaim, dan Johan Arif.
Penggalian oleh tim von Koenigswald yang berakhir 1941
dan
koleksi-koleksinya sebagian disimpan di bangunan yang
didirikannya bersama Toto
Marsono di Sangiran,
yang kelak menjadi Museum Purbakala Sangiran,
tetapi
koleksi-koleksi pentingnya dikirim ke kawannya di
Jerman, Franz Weidenreich
Sebuah museum yang sederhana
ada di Sangiran selama beberapa dekade
sebelum modern,
yang berfungsi dengan baik sebagai museum dan pusat
pengunjung
dibuka pada Desember 2011.
Gedung baru, sebuah museum modern,
berisi tiga ruang
utama dengan menampilkan luas dan diorama mengesankan
daerah
Sangiran yang
diyakini seperti sekitar 1 juta tahun
yang lalu.
Beberapa pusat lainnya berada
di bawah konstruksi
serta (awal 2013),
sehingga pada 2014 diharapkan akan ada
empat pusat di tempat yang berbeda dalam keseluruhan situs
Sangiran
Empat pusat direncanakan adalah:
·
Krikilan: situs yang ada dengan pusat
pengunjung utama dan museum.
·
Ngebung: mengandung sejarah penemuan
situs Sangiran.
·
Bukuran: untuk memberikan informasi
tentang penemuan fosil manusia prasejarah di Sangiran.
·
Dayu: untuk menyajikan informasi tentang
penelitian terbaru.
Museum saat ini dan pusat pengunjung
memiliki tiga ruang utama.
Ruang pertama berisi sejumlah diorama yang
memberikan informasi tentang manusia purba dan hewan yang ada di situs Sangiran
sekitar 1 juta tahun yang lalu.
Ruang kedua, yang lebih luas, menyajikan banyak
bahan rinci tentang berbagai fosil yang ditemukan di Sangiran dan tentang
sejarah eksplorasi di situs.
Ruang ketiga, dalam presentasi yang mengesankan
terpisah, berisi diorama besar yang memberikan pandangan seluruh wilayah
keseluruhan Sangiran,
dengan gunung berapi seperti Gunung Lawu di latar belakang dan manusia dan hewan di latar depan,
seperti yang
dibayangkan sekitar 1 juta tahun yang lalu. Beberapa presentasi di aula ketiga
ini menarik pada karya pematung paleontologis internasional Elisabeth Daynes.
Sumber : wikipidedia
Tidak ada komentar: